Ragusa: Kisah Rasa Italia yang Melegenda Sejak 1932 di Jakarta

Ragusa: Kisah Rasa Italia yang Melegenda Sejak 1932 di Jakarta – Jakarta, kota metropolitan dengan dinamika modernitas yang terus berkembang, menyimpan banyak kisah sejarah dalam bidang kuliner. Salah satunya adalah kisah Ragusa Es Italia, sebuah kedai es krim legendaris yang telah bertahan sejak 1932. Berlokasi di Jalan Veteran I, tak jauh dari kawasan Monas, kedai ini bukan hanya sekadar tempat makan es krim, melainkan sebuah saksi sejarah perubahan kota dan gaya hidup masyarakat Jakarta dari masa ke masa.

Ragusa didirikan oleh dua bersaudara asal Italia, Luigi dan Vincenzo Ragusa, yang datang ke Hindia Belanda untuk merantau. Mereka awalnya bekerja sebagai fotografer, namun kemudian melihat peluang besar dalam bisnis kuliner. Dengan membawa resep es krim asli Italia yang diwariskan dari keluarga, keduanya memulai usaha kecil yang ternyata langsung mendapat sambutan hangat. Pada masa kolonial, es krim buatan Ragusa menjadi suguhan mewah yang banyak diminati kalangan Eropa maupun penduduk lokal yang mampu menikmatinya.

Berbeda dengan es krim pabrikan yang kemudian muncul di era modern, Ragusa tetap mempertahankan resep aslinya. Es krim dibuat dari susu sapi segar tanpa tambahan bahan pengawet atau pewarna buatan. Hasilnya adalah es krim dengan tekstur lembut, rasa yang autentik, dan aroma alami yang khas.

Bangunan kedai Ragusa juga mempertahankan gaya arsitektur tempo doeloe dengan lantai tegel klasik, kipas angin gantung, serta furnitur sederhana. Suasana inilah yang membuat pengunjung seolah kembali ke Jakarta pada dekade 1930-an. Bagi generasi tua, kedai ini menjadi tempat nostalgia, sementara bagi generasi muda, Ragusa adalah pintu masuk untuk menyelami jejak kuliner bersejarah.

Dalam perjalanan panjangnya, Ragusa melewati masa sulit seperti pendudukan Jepang, revolusi kemerdekaan, hingga masa modern dengan persaingan kuliner global. Namun, alih-alih tergilas oleh perubahan zaman, Ragusa tetap bertahan dengan identitas klasiknya. Konsistensi itulah yang membuatnya menjadi salah satu ikon kuliner Jakarta.

Ragusa di Tengah Modernitas: Antara Tradisi dan Daya Tarik Baru

Memasuki era modern, Jakarta dibanjiri oleh kafe kekinian, restoran cepat saji, hingga kedai es krim waralaba internasional. Namun, Ragusa justru memilih untuk tidak mengikuti arus tren. Kedai ini tetap mempertahankan kesederhanaan dan resep otentik yang menjadi ciri khasnya sejak awal.

Menu Ragusa tidak terlalu banyak berubah sejak pertama kali berdiri. Beberapa menu legendaris yang masih bisa ditemui hingga sekarang adalah spaghetti ice cream, yaitu es krim yang disajikan menyerupai bentuk mi spageti dengan taburan saus cokelat dan kacang, banana split, cassata siciliana, serta varian klasik seperti cokelat, vanila, dan moka. Dari semua menu tersebut, spaghetti ice cream menjadi primadona yang paling banyak dipesan pengunjung, bahkan menjadi identitas Ragusa itu sendiri.

Selain cita rasa, daya tarik Ragusa juga terletak pada suasananya. Tidak ada pendingin ruangan, hanya kipas angin yang berputar lambat. Tidak ada musik modern, hanya percakapan pengunjung dan dentingan sendok garpu. Justru kesederhanaan inilah yang dicari orang-orang: pengalaman autentik menikmati es krim di kedai yang seolah membekukan waktu.

Keunikan Ragusa membuatnya tetap relevan di tengah perubahan zaman. Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara menjadikan Ragusa sebagai destinasi kuliner wajib ketika berkunjung ke Jakarta. Letaknya yang strategis dekat Monas, Masjid Istiqlal, dan Gereja Katedral menambah daya tarik wisata sejarah dan religi di sekitarnya.

Lebih jauh lagi, Ragusa tidak hanya menjadi tempat makan, tetapi juga bagian dari identitas budaya Jakarta. Banyak keluarga menjadikan kunjungan ke Ragusa sebagai tradisi lintas generasi. Ada pula kisah orang tua yang membawa anak-anaknya untuk merasakan es krim yang dulu mereka nikmati semasa muda. Dengan demikian, Ragusa bukan sekadar menjual makanan, melainkan juga menjual kenangan dan pengalaman.

Menariknya, Ragusa juga sering menjadi lokasi liputan media, blog perjalanan, hingga konten kreator kuliner di era digital. Hal ini semakin memperluas eksistensi Ragusa sebagai ikon kuliner legendaris. Popularitasnya tidak hanya bertahan di kalangan tua, tetapi juga menembus generasi muda yang haus akan pengalaman otentik.

Keberlangsungan Ragusa menjadi contoh bahwa sebuah bisnis bisa bertahan hampir satu abad dengan mengandalkan kualitas, konsistensi, dan cerita sejarah. Meski banyak pesaing modern menawarkan kenyamanan dan inovasi, Ragusa membuktikan bahwa orisinalitas tetap memiliki tempat tersendiri di hati konsumen.

Kesimpulan

Ragusa Es Italia adalah lebih dari sekadar kedai es krim. Ia adalah potongan sejarah kuliner yang hidup di tengah modernitas Jakarta. Berdiri sejak 1932, Ragusa telah menyaksikan berbagai perubahan zaman, namun tetap bertahan dengan resep klasik dan suasana tempo doeloe yang autentik.

Keunikan Ragusa terletak pada konsistensi menjaga cita rasa dan kesederhanaannya. Menu legendaris seperti spaghetti ice cream bukan hanya menawarkan rasa, tetapi juga pengalaman nostalgia yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Di tengah hiruk pikuk modernisasi kuliner Jakarta, Ragusa tetap tegak berdiri sebagai simbol tradisi, kenangan, dan identitas kota.

Dengan daya tarik historis, cita rasa otentik, serta nuansa klasik yang dijaga, Ragusa membuktikan bahwa kuliner bukan hanya soal makanan, melainkan juga tentang kisah dan pengalaman. Selama es krimnya tetap diproduksi dengan cinta dan kejujuran rasa, Ragusa akan terus menjadi legenda yang hidup di Jakarta, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top