Mengapa Namanya Colenak? Menelusuri Sejarah dan Asal-usul Jajanan Unik Ini

Mengapa Namanya Colenak? Menelusuri Sejarah dan Asal-usul Jajanan Unik Ini – Indonesia dikenal dengan kekayaan kulinernya yang beragam, mulai dari makanan berat hingga jajanan tradisional yang penuh makna. Salah satu jajanan khas yang hingga kini masih populer adalah Colenak, kudapan manis berbahan dasar tape singkong yang dibakar lalu disajikan dengan parutan kelapa dan gula merah cair. Namanya terdengar unik, bahkan sering membuat orang penasaran mengapa jajanan ini disebut “Colenak”.

Di balik rasa manis gurihnya, Colenak menyimpan kisah sejarah, budaya, hingga filosofi yang menjadi bagian dari identitas kuliner Jawa Barat. Mari kita telusuri asal-usul dan makna dari jajanan khas ini.


Sejarah Colenak dan Filosofi Namanya

Colenak berasal dari bahasa Sunda, yakni gabungan kata “dicocol enak” yang kemudian disingkat menjadi colenak. Nama ini berhubungan langsung dengan cara menikmatinya, yaitu mencocol tape singkong bakar dengan saus gula merah kental bercampur kelapa parut. Filosofi ini sangat khas dengan budaya Sunda yang sering menamai makanan berdasarkan sifat atau cara makannya.

Jajanan ini diperkirakan muncul pada tahun 1930-an di Bandung. Penciptanya adalah seorang penjual tape bernama Amah, yang berusaha menghadirkan inovasi agar tape singkong memiliki nilai jual lebih tinggi. Alih-alih menjual tape begitu saja, ia membakarnya, lalu menambahkan parutan kelapa dan larutan gula merah. Resep sederhana itu ternyata disukai banyak orang, dan dari sinilah Colenak mulai populer.

Seiring berkembangnya waktu, Colenak menjadi jajanan khas Bandung yang identik dengan suasana hangat dan kebersamaan. Tidak hanya sekadar makanan, colenak juga dianggap simbol kreativitas masyarakat Sunda dalam mengolah bahan sederhana menjadi kudapan istimewa.


Proses Pembuatan Colenak yang Khas

Untuk memahami keunikan Colenak, penting mengetahui bagaimana proses pembuatannya.

  1. Bahan Utama: Tape Singkong
    Tape singkong dipilih karena teksturnya lembut dan rasanya manis asam, hasil dari proses fermentasi singkong dengan ragi. Tape yang baik biasanya berwarna kuning pucat, sedikit lengket, dan memiliki aroma khas.
  2. Proses Pembakaran
    Tape singkong tidak langsung disajikan, melainkan dibakar terlebih dahulu di atas bara api atau wajan datar. Proses ini memberikan aroma smokey dan rasa gurih yang semakin memperkaya cita rasa.
  3. Saus Pelengkap
    Saus colenak dibuat dari campuran gula merah cair dan parutan kelapa muda. Ada pula variasi tambahan seperti santan kental untuk memberikan rasa lebih gurih.
  4. Penyajian
    Tape yang sudah dibakar lalu disiram saus manis gurih tersebut. Dalam penyajiannya, colenak sering kali disajikan hangat agar cita rasanya semakin nikmat.

Proses sederhana ini menjadi daya tarik tersendiri, karena colenak bisa dibuat di rumah maupun dinikmati di kedai-kedai tradisional.


Kesimpulan

Colenak bukan sekadar jajanan manis khas Jawa Barat, tetapi juga warisan budaya kuliner yang sarat makna. Nama uniknya, yang berasal dari singkatan “dicocol enak”, menunjukkan kreativitas masyarakat Sunda dalam mengolah makanan sederhana menjadi sajian istimewa.

Sejarahnya yang bermula dari inovasi seorang penjual tape di Bandung kini berkembang menjadi identitas kuliner yang dikenal luas. Rasa manis, gurih, dan sedikit asam dari colenak berhasil memikat lidah banyak orang, bahkan generasi muda yang baru mengenalnya.

Dengan melestarikan colenak, kita tidak hanya menjaga kelezatan kuliner nusantara, tetapi juga turut merawat jejak sejarah, kreativitas, dan kearifan lokal. Maka tidak heran, colenak tetap bertahan hingga kini sebagai salah satu jajanan legendaris yang dicintai banyak kalangan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top